look more for world: IMPLEMENTASI CINTA KASIH DALAMSKETSA CANDI BOROBUDUR

Minggu, 28 September 2014

IMPLEMENTASI CINTA KASIH DALAMSKETSA CANDI BOROBUDUR


Hasil karya yang termuat juga nilai cinta kasih kepada Tuhan NYA dan kepada sesama manusia serta proses kehidupannya dapat termasuk dimulai dari sejarah candi Borobudur. Candi Borobudur dibangun sekitar tahun 800 Masehi atau abad ke-9. Candi Borobudur dibangun oleh para penganut agama Buddha Mahayana pada masa pemerintahan Wangsa Syailendra. Candi ini dibangun pada masa kejayaan dinasti Syailendra. Pendiri Candi Borobudur yaitu Raja Samaratungga yang berasal dari wangsa atau dinasti Syailendra. Kemungkinan candi ini dibangun sekitar tahun 824 M dan selesai sekitar menjelang tahun 900-an Masehi pada masa pemerintahan Ratu Pramudawardhani yang adalah putri dari Samaratungga. Sedangkan arsitek yang berjasa membangun candi ini menurut kisah turun-temurun bernama Gunadharma.
Kata Borobudur sendiri berdasarkan bukti tertulis pertama yang ditulis oleh Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jendral Britania Raya di Jawa, yang memberi nama candi ini. Tidak ada bukti tertulis yang lebih tua yang memberi nama Borobudur pada candi ini. Satu-satunya dokumen tertua yang menunjukkan keberadaan candi ini adalah kitab Nagarakretagama, yang ditulis oleh Mpu Prapanca pada tahun 1365. Di kitab tersebut ditulis bahwa candi ini digunakan sebagai tempat meditasi penganut Buddha.
Arti nama Borobudur yaitu "biara di perbukitan", yang berasal dari kata "bara" (candi atau biara) dan "beduhur" (perbukitan atau tempat tinggi) dalam bahasa Sansekerta. Karena itu, sesuai dengan arti nama Borobudur, maka tempat ini sejak dahulu digunakan sebagai tempat ibadat penganut Buddha.

Struktur Candi Borobudur
Candi Borobudur terletak di Magelang, Jawa Tengah, sekitar 40 km dari Yogyakarta. Candi Borobudur memiliki 10 tingkat yang terdiri dari 6 tingkat berbentuk bujur sangkar, 3 tingkat berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Di setiap tingkat terdapat beberapa stupa. Seluruhnya terdapat 72 stupa, selain stupa utama. Di setiap stupa terdapat patung Buddha. Sepuluh tingkat menggambarkan filsafat Buddha yaitu sepuluh tingkatan Bodhisattva yang harus dilalui untuk mencapai kesempurnaan menjadi Buddha di nirwana. Pencapaian nirwana tersebut ialah proses terjadinya manusia dalam ajaran Buddha kemudian kembali pada nirvana yang semua proses itu disebut dengan reinkanansi. Proses reikanansi dilalui sesuai dengan ajaran yang benar agar mendapat kesempurnaan nirvana. Kesempurnaan ini dilambangkan oleh stupa utama di tingkat paling atas. Struktur Borobudur bila dilihat dari atas membentuk struktur mandala yang menggambarkan kosmologi Buddha dan cara berpikir manusia. Cara berpikir ini adalah bagian dari hakekat manusia. Dimana manusia menggunakan akal pikiran hasil dari evolusi otak. Dari akal pikiran tersebut, terpikirkan penerapan berbagai ragam ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan hubungan vertikal maupun horizontal sesama makhluk hidup. Melalui akal pikiran manusia mampu memprediksi, membuat, mengambil dan menguasai serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Dari akal pikiran juga akan timbul berbagai dorongan atau naluri positif untuk kelangsungan hidup. Manusia dengan perasaannya dipengaruhi oleh akal pikirannya, dalam konteks ini ada berbagai macam dorongan atau kehendak baik positif maupun negatif. Titik kontrol dorongan tersebut kembali lagi kepada individu sendiri tergantung tingkat ilmu yang diketahui dan keimanannya.
Dalam hidup berkelompok, akal pikiran tersebut kolektif pada rasa sosial terhadap sesama sebagaimana mestinya hakekat kehidupan manusia.
            Di keempat sisi candi terdapat pintu gerbang dan tangga ke tingkat di atasnya seperti sebuah piramida. Hal ini menggambarkan filosofi Buddha yaitu semua kehidupan berasal dari bebatuan. Batu kemudian menjadi pasir, lalu menjadi tumbuhan, lalu menjadi serangga, kemudian menjadi binatang liar, lalu binatang peliharaan, dan terakhir menjadi manusia. Proses ini disebut sebagai reinkarnasi. Proses terakhir adalah menjadi jiwa dan akhirnya masuk ke nirwana. Setiap tahapan pencerahan pada proses kehidupan ini berdasarkan filosofi Buddha digambarkan pada relief dan patung pada seluruh Candi Borobudur.
Bangunan raksasa ini hanya berupa tumpukan balok batu raksasa yang memiliki ketinggian total 42 meter. Setiap batu disambung tanpa menggunakan semen atau perekat. Batu-batu ini hanya disambung berdasarkan pola dan ditumpuk. Bagian dasar Candi Borobudur berukuran sekitar 118 m pada setiap sisi. Batu-batu yang digunakan kira-kira sebanyak 55.000 meter kubik. Semua batu tersebut diambil dari sungai di sekitar Candi Borobudur. Batu-batu ini dipotong lalu diangkut dan disambung dengan pola seperti permainan lego. Semuanya tanpa menggunakan perekat atau semen.
Sedangkan relief mulai dibuat setelah batu-batuan tersebut selesai ditumpuk dan disambung. Relief terdapat pada dinding candi. Candi Borobudur memiliki 2670 relief yang berbeda. Relief ini dibaca searah putaran jarum jam. Relief ini menggambarkan suatu cerita yang cara membacanya dimulai dan diakhiri pada pintu gerbang di sebelah timur. Hal ini menunjukkan bahwa pintu gerbang utama Candi Borobudur menghadap timur seperti umumnya candi Buddha lainnya.

 Perayaan Waisak
Setiap tahun pada bulan purnama penuh pada bulan Mei atau ( Juni pada tahun kabisat), umat Buddha di Indonesia memperingati Waisak di Candi Borobudur. Waisak diperingati sebagai hari kelahiran, kematian dan saat ketika Siddharta Gautama memperoleh kebijaksanaan tertinggi dengan menjadi Buddha Shakyamuni. Ketiga peristiwa ini disebut sebagai Trisuci Waisak. Upacara Waisak dipusatkan pada tiga buah candi Buddha dengan berjalan dari Candi Mendut ke Candi Pawon dan berakhir di Candi Borobudur.
Pada malam Waisak, khususnya saat detik-detik puncak bulan purnama, penganut Buddha berkumpul mengelilingi Borobudur. Pada saat itu, Borobudur dipercayai sebagai tempat berkumpulnya kekuatan supranatural. Menurut kepercayaan, pada saat Waisak, Buddha akan muncul secara kelihatan pada puncak gunung di bagian selatan candi Borobudur.
Tahun 2009 lalu beberapa biksu dari berbagai negara saat mengunjungi candi Buddha di daerah Yogyakarta dan Jawa Tengah mengatakan, “Candi Borobudur tidak hanya milik Indonesia, tetapi juga milik dunia. Menurutnya, di sekitar Candi Borobudur sebaiknya diberi tempat untuk membangun stupa-stupa Budha dari berbagai negara, seperti Thailand, Burma, dan Vietnam dan lain-lain yang masing-masing mempunyai ciri khas. "Dengan demikian, Candi Borobudur yang merupakan lambang cinta dan belas kasih, bisa semakin menarik masyarakat intenasional," katanya. Dari kunjungan para biksu diharapkan bisa membangun rasa tenteram masyarakat dan kekuatan spiritual yang akan mendorong masyarakat untuk bangkit.
Dari sudut pandang lain dengan adanya opini tersebut, jika teralisasikan akan membawa dampak positif dan beberapa dampak negatif. Bila pembuatan patung dilakukan oleh masyarakat sekitar, akan menaikkan tingkat ekonomi kelompok masyarakat tersebut. Namun bila dari pihak pengelola pengembang yang mewujudkan opini tersebut lebih memilih dan mengutamakan pihak yang lebih ahli diluar masyarakat asli. Hal itu akan memicu konflik di lingkungan masyarakat. Apalagi bila ditambah masyarakat asli tidak diikut libatkan sedikitpun terhadap pengembangan industri itu.
Namun, dari kelompok penyelenggara yang tentu sudah ahli dalam bidang tersebut juga mempunyai dasar yang kuat terhadap jlan yang akan diambilnya itu. Karena pembuatan patung Buddha tidak sembarang dalam membuatnya. Dasar yang disampaikan ini mungkin menambah panasnya konflik yang dipicu oleh sedikit kalangan yang mempunyai pandangan skeptis. Aibatnya perbuatan anarki akan marak dilakukan. Jika benar tidak dilibatkan dalam pengembangannya. Ini akan memberi citra buruk terhadap tujuan yang mulia yang ada pada sumbernya. Sehingga bila perwujudan itu dilakukan, sebaiknya pemerintah juga mempertimbangkan peran masyarakat asli disekitar lingkungan tempat yang hendak dikembangkan. Yang akan membawa manfaat peningkatan kesejahteraan yang merata, dengan itu maka terjadi interaksi sosial yang baik sesama manusia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar